Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan Penderitaan
MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN PENDERITAAN
DOSEN PENGAMPU : Ariyanto S.I.Kom.
Muhammad Rendy Prayogi (14518861)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa saya
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu
dalam pengerjaan makalah ini, baik berupa bantuan materi maupun usaha yang
telah diberikan.
Pengerjaan
makalah ini sekiranya diperuntukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar. Karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari Bapak
Ariyanto S.I.Kom. untuk menyempurnakan makalah ini.
Bekasi,
12 Oktober 2018
Penulis
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya bergantung
kepada manusia lainnya. Fakta itu tidak hanya terjadi pada masa kanak-kanak
saja tetapi juga saat memasuki dewasa bahkan saat kita tiada nantinya. Segala
hal yang berhubungan tentang manusia baik itu budaya, lingkungan, dan juga gaya
bahasa selalu menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dibahas, hal tersebut
dikarenakan manusia itu sendiri yang selalu berkembang, baik itu dalam hal baik
atau juga buruk.
Hubungan
antara manusia dengan makhluk lainnya seringkali berbuah pada penderitaan yang
tak ada habisnya. Penderitaan seakan menjadi hal yang wajar dalam keseharian
seorang manusia baik itu karena ulahnya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ; Apakah ada
pengertian lain dari manusia itu sendiri ? Bagaimana penderitaan itu bisa
terjadi ? dan Bagaimana hubungan antara manusia dan penderitaan itu ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki dua tujuan utama, yaitu
:
1. Memenuhi tugas mandiri mata kuliah Ilmu Budaya Dasar,
2.
Memberikan
pengetahuan tambahan kepada pembaca tentang esensi dari manusia dan
penderitaan.
1.4.
Manfaat Penulisan
Sekiranya,
manfaat yang bisa saya berikan dari penulisan ini adalah pengetahuan dasar
tentang manusia, penderitaan, serta hubungan antara keduannya.
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1. Manusia
“Manusia”, jika mendengar kata ini pasti yang terpintas
di dalam pikiran kita adalah diri kita sendiri, teman, atau orang tua. Hal itu
tentunya benar adanya jika kalian adalah manusia. Namun apa selalu seperti itu
? sepertinya tidak. Manusia bisa dipandang berbeda tergantung dari mana kita
berasal. Asal disini berarti sumber dari pengetahuan kita ataupun bidang yang
kita tekuni. Menurut pandangan ilmu fisika didefinisikan manusia adalah
kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terikat antara satu dengan yang
lainnya dan merupakan kumpulan dari energi. Menurut pandangan sosiologi manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri, serta pengertian
berbagai bidang lainnya.
Para
ahli juga mengemukakan mendapatnya tentang makna dari manusia. Seperti menurut filsuf
Sokrates, yang mengungkapkan manusia
dengan makna sederhana yaitu makhluk hidup yang
memiliki dua kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.
Adapun menurut Paula J. C. dan Janet W. K. merupakan makhluk yang terbuka bebas
memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap
keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan
antar sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
2.1.1. Unsur-unsur yang Membangun Manusia
Secara fisik maupun spiritual ada dua acuan tentang
cara kita menjelaskan unsur-unsur yang dimiliki manusia satu dengan yang
lainnya.
1.
Acuan
pertama menyatakan manusia adalah suatu makhluk yang terdiri atas empat unsur
yang saling terikat, yaitu :
·
Jasad, yaitu tubuh fisik dari seorang manusia yang bisa dilihat, diraba,
difoto, dan menempati ruang dan waktu,
·
Hayat, yaitu sesuatu yang membuat kita hidup, yang ditandai dengan
bergeraknya seorang manusia,
·
Ruh,
adalah bimbingan atau pimpinan dari Tuhan itu sendiri, sebuah daya yang
bergerak secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kuasa mencipta yang
bersifat konseptual dan asal dari sebuah kebudayaan,
·
Nafs,
kesadaran tentang diri sendiri.
(Asy’arie, 1992; hal 62-84)
2.
Selanjutnya,
manusia sebagai suatu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
·
Id,
yang merupakan stuktur kepribadian paling primitif dan paling tidak tampak. Id
merupakan sebuah libido murni, atau energi psikis yang menunjukan ciri alami yang
tidak bisa dijelaskan secara rasional (irrasional). Id merupakan suatu pembeda
antara kita dengan manusia lainnya secara tidak sadar.
·
Ego,
merupakan stuktur kepribadian “eksekutif” yang pertama dibedakan dengan Id.
Peranan dari Ego sendiri adalah menjadi penghubung antara Id ke dalam saluran
sosial yang dapat dilihat orang lain seperti tubuh kita.
·
Superego,
adalah stuktur kepribadian yang terakhir. Superego muncul disaat kita berumur
lima tahun atau saat mulai muncul ketertarikan kita terhadap lingkungan
sekitar. Merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari
sejumlah agen yang mempunyai otoritas di lingkungan luar diri. Biasanya
merupakan asimilasi dari orang tua.
(Freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206)
Dari
unsur-unsur tersebutlah dapat dikaji apakah ada keanehan dalam suatu tindakan
manusia atau tidak. Misalnya jika orang tersebut suka menyimpang dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maka ada masalah dominasi Id atas
Superego. Atau juga seseorang yang buruk rupa bisa berani tampil didepan umum
maka itu ada hubungan dengan nafs-nya.
2.2. Penderitaan
Penderitaan adalah suatu hal yang paling dihindari
oleh semua makhluk hidup. Penderitaan sendiri berasal dari kata derita. Kata
derita berasal dari bahasa sansekerta dhra,
yang artinya menahan atau menanggung. Derita berarti sesuatu yang menyusahkan
yang ditanggung dalam hati seperti kesengsaraan dan penyakit. Maknanya tentu
tidak jauh berbeda dengan kata penderitaan itu sendiri yang berarti keadaan
yang menyedihkan yang harus ditanggung. (KBBI, 2018 ; https://kbbi.web.id/derita).
Secara harfiah penderitaan dapat berarti sesuatu yang menyebab rasa sakit
secara batin maupun fisik, dan dapat memicu gejolak emosi seperti marah, sedih,
dan putus asa dalam sekala tertentu.
Setiap
orang punya cara sendiri dalam menanggapi penderitaan, cara tersebut bisa
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun jika digolongkan secara garis
besar seseorang yang menderita menanggapi penderitaannya dalam dua jalur :
1.
Menutupinya,
cara pertama ini biasanya dilakukan seseorang dengan sifat introvert tetapi
terkadang seseorang yang memiliki sifat ekstrovert dan ambivert juga
melakukannya. Alasan sebenarnya bisa karena seseorang tidak ingin membebani
orang-orang disekitarnya dengan penderitaannya dan ingin menyimpan atau
menyelesaikannya sendiri, selanjutnya karena tidak mempunyai tempat (seseorang)
untuk mengutarakan masalah yang dihadapinya karena tidak percaya kepada
orang-orang dilingkungannya atau malah tidak punya orang yang peduli padanya.
2.
Lebih
ekspresif (mengutarakannya), seseorang yang menanggapi masalahnya dengan cara
ini tidak sungkan untuk mengungkapkannya kepada orang lain seperti teman atau
keluarga. Disinilah orang yang bertugas sebagai penerima masalah agar sebisa
mungkin memberikan saran yang bijak kepada penderita agar beban pikiran dari si
penderita dapat berkurang.
Penderitaan
bukanlah sesuatu yang bisa kita remehkan karena jika sudah dalam tingkatan yang
parah bisa membawa seseorang kepada keputusaan dan berlanjut dengan hilangnya
nyawa orang tersebut dengan bunuh diri.
2.2.1. Sumber-sumber Penderitaan
Penderitaan bisa bersumber dari berbagai hal yang kita
lakukan sehari-hari baik sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Seperti kata
peribahasa “apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai”, maka penderitaan bisa
datang seperti itu. Misalnya, jika kita membuang sampah di saluran air di
lingkungan sekitar kita, maka penderitaan kita suatu saat nanti adalah sampah
itu akan menyumbat saluran air tersebut dan bisa menyebabkan banjir di
lingkungan kita. Jika kita bermalas-malasan dan tidak pernah berusaha sekarang
maka penderitaan kita nantinya adalah kekurangan dalam hal ekonomi, dan lain
sebagainya.
Jika
ditinjau secara sederhana ada dua faktor yang mendalangi sebuah penderitaan,
yaitu :
1. Faktor
yang timbul dari perbuatan buruk manusia
Faktor
ini seperti namanya muncul dari interaksi antar sesama manusia dengan manusia
lainnya, atau antar manusia dengan lingkungannya. Penderitaan yang terjadi
dikarenakan interaksi sesama manusia ini biasa disebut dengan nasib buruk.
Berbeda dengan takdir yang merupakan kehendak Tuhan, nasib buruk ada karena
ulah manusia itu sendiri. Beberapa contoh dari nasib buruk yaitu :
“Seorang
anak yang diculik oleh kawanan penjahat kemudian disiksa secara fisik. Beberapa
minggu kemudian kejahatan mereka terungkap dan tentunya kawanan penjahat tadi
dijatuhi hukuman penjara agar bisa merenungi perbuatan mereka dan merasakan
penderitaan dari kurungan itu. Sedangkan anak yang diculik tadi mengalami
trauma karena penderitaan yang dialaminya tersebut dan segera dipulihkan.”
Selain
penderitaan fisik seperti yang dicontohkan diatas, dapat pula terjadi
penderitaan psikis atau batin, sebagai contoh adalah anak yang dipaksakan untuk
mengikuti ambisi oleh orang tuanya, dan juga korban bullying baik itu berbentuk
maya ataupun nyata.
2. Faktor yang timbul dari
penyakit dan siksaan atau azab Tuhan
Selain disebabkan oleh manusia kepada manusia yang
lainnya, penderitaan juga bisa disebabkan oleh penyakit dan siksaan atau azab
Tuhan. Cara untuk mengatasi penderitaan tersebut adalah dengan tawakal, ikhlas,
dan optimisme. Sebagai contoh adalah kebutaan, cacat fisik, dan berbagai
kekurangan lainnya yang tentu saja tidak bisa diantisipasi oleh kita sebagai
manusia.
2.2.2. Pengaruh Penderitaan
Pengaruh dari penderitaan itu sendiri tergantung
bagaimana cara kita menyikapinya. Pengaruh itu bisa dibilang negatif bila kita
menyikapinya dengan putus asa dan tidak mau merubah nasib buruk tersebut. Andi
adalah seseorang yang baru saja putus dengan pasangannya yang sebentar lagi
akan ia lamar, karena hal tersebut Andi menjadi seseorang yang tidak mau
berpacaran bahkan lebih lanjut ia tidak mau berteman dengan wanita karena
traumanya itu. Sikap Andi itu membawa pengaruh penderitaan secara negatif, jika
tidak segera ditangani sikap ini bukan tidak mungkin akan mengarah kepada
kebencian mendalam terhadap kaum wanita. Akibat lain yang bisa ditimbulkan
adalah sikap anti sosial, niat bunuh diri, atau menjadi kriminal.
Bila
suatu penderitaan disikapi dengan cara positif tentunya penderitaan itu menjadi
penderitaan positif. Kita ambil contoh dari kisah Andi tadi, bila dikemudian
hari bukannya dia mengurung diri melainkan berusaha memperbaiki sikapnya yang
mungkin membuat hubungannya rusak atau malah menjadi motivator bagi temannya
yang terkendala masalah yang sama dengan dirinya, hal itu pasti akan menjadi
lebih baik.
BAB III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya. Manusia memiliki unsur yang
menjadikannya bisa dikenal sebagai seorang manusia dan berbeda antara satu sama
lainnya. Selain berbeda dalam hal fisik setiap manusia juga berbeda dalam
penderitaannya masing-masing. Apakah hal itu menjadi baik atau buruk kedepannya
itu tergantung bagaimana kita menyikapinya
3.2. Saran
Sebagai
manusia yang merupakan makhluk sosial tentu kita harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan kita, bercengkrama dengan sekitar, menolong sesama, dan lain
sebagainya. Penderitaan juga merupakan bagian dalam hidup kita sebagai manusia.
Tentunya hal itu jangan disikapi secara buruk terlalu lama tetapi cobalah ambil
makna positif dari penderitaan tersebut.
Sumber :
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009. Jakarta : Rineka
Cipta.
Comments
Post a Comment